Tanda dan gejala
yaitu adanya lesi yang biasanya terjadi pada wajah, punggung, dada bagian atas,
dan bahu. Adanya comedonal ringan, papula dan peradangan.
Faktor resiko
dari jerawat antara lain umur, jenis kelamin, kecemasan dan depresi.
Patofisiologi: Kelenjar
sebaceous dominan pada wajah, dada, dan punggung atas. Adanya stimulasi
androgen menyebabkan peningkatan produksi sebum dan Ada peningkatan
keratinisasi sel epidermal dan pengembangan folikel sebaceous, Sel menempel satu
sama lain, membentuk sebuah plug keratinous padat. Meningkatnya produksi sebum
menyebabkan plug keratin menumpuk di folikel dan memfasilitasi proliferasi
bakteri anaerob Propionibacterium acnes
sehingga menghasilkan respon sel-T yang mengakibatkan peradangan. P. acnes
menghasilkan lipase yang menghidrolisis trigliserida sebum menjadi lemak bebas
asam yang dapat meningkatkan keratinisasi dan menyebabkan formasi folikel
sebaceous.
Terapi
non farmakologi untuk jerawat yaitu dengan menghindari
faktor pemicu misalnya stress, membersihkan wajah dengan sabun yang lembut,
penggunaan scrub dibatasi untuk mencegah pecahnya folikel. Membatasi penggunaan
kosmetik yang berbahaya.
Terapi
farmakologi
Jerawat
Ringan diobati dengan retinoid topikal (tazarotene dan adapalene) atau dengan
antimikroba topikal, asam salisilat, atau asam azelaic.
Jerawat sedang diobati dengan retinoid topikal dalam
kombinasi dengan antibiotik oral, dan benzoil peroksida.
Jerawat yang parah diobati dengan isotretinoin oral.
Refferensi
Dipiro,
J.T., et. al., 2015, Pharmacotherapy : a
patophysiologic Approach, Ninth edition, Mc Graw-Hill Companies, Inc, USA.
161, 459.
Komentar
Posting Komentar