Pengertian
Hipertensi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah
peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah
diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima
menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang (Wells, 2009). Etiologi terbagi atas hipertensi primer (tidak diketahui penyebabnya) dan hipertensi sekunder. Hipertensi sekunder disebakan antara lain oleh penyakit ginjal kronik, hiperparatiroid, hipertiroid, dan beberapa disebabkan oleh penggunaan obat seperti; kortikosteroid, estrogen, (NSAIDs), amphetamine.
Gejala hipertensi
sakit
kepala/rasa berat di tengkuk, mumet (vertigo), jantung berdebar-debar, mudah
Ieiah, penglihatan kabur, telinga berdenging (tinnitus), dan mimisan.
Faktor resiko
Hipertensi
umur,
jenis kelamin, riwayat keluarga, genetik (faktor resiko yang tidak dapat
diubah/dikontrol), kebiasaan merokok, konsumsi garam, konsumsi lemak jenuh,
kebiasaan konsumsi minum-minuman beralkohol, obesitas, kurang aktifitas fisik,
stres, penggunaan estrogen (Kemenkes, 2014).
Patofisiologi
Hipertensi diregulasi oleh sistem
Renin-Angiostensin-Aldoseteron (RAA). Sistem ini dipengaruhi oleh keseimbangan
aliran natrium dan kalium. Penurunan tekanan arteri dan aliran darah ginjal
akan menstimulasi pelepasan renin dari juxtaglomerular sel diginjal. Renin akan
mengkatalisis perubahan angiotensinogen menjadi angiotensin I, kemudian dengan
bantuan converting enzim angiotensin
I berubah menjadi angiotensin II. Angiotensin II akan menstimulasi jantung
untuk meningkatkan kontraktilitas dan cardiac
output, juga menstimulasi otot polos pembuluh darah untuk vasokontriksi dan
menstimulasi adrenal cortex sehingga
dilepaskannya aldosteron. Aldosteron akan mereabsorbsi Natrium/air dan terjadi
peningkatan tekanan darah (Wells, 2009)
Tatalaksana
Terapi
Meliputi terapi farmakologi dan non farmakologi.
Tujuan terapi hipertensi sendiri adalah untuk menurunkan
mortalitas dan morbiditas yang berhubungan dengan hipertensi. Mortalitas dan morbiditas ini berhubungan dengan kerusakan
organ target (misal: kejadian kardiovaskular
atau serebrovaskular, gagal jantung, dan penyakit
ginjal). Target nilai tekanan darah yang di rekomendasikan dalam JNC VII yaitu Pasien tanpa penyakit penyerta < 140/90 mm Hg, pasien dengan diabetes < 130/80 mm Hg
dan pasien dengan penyakit ginjal kronis < 130/80 mm Hg.
Terapi farmakologi hipertensi dapat menggunakan obat
seperti tabel dibawah ini: (Neal, 2006).
Kelas
obat
|
Contoh
obat
|
Mekanisme
|
Efek
samping
|
Interaksi
|
Diuretik
|
Tiazid
(Hidroklortiazid, tiazid)
|
Memblok
kanal Na+/Cl- di tubulus distal
|
Hipokalemia,
Hiperurisemia, toleransi glukosa, impotensi dan penurunan libido
|
Kolestirami,
kolestipol
|
Loop
diuretik (Furosemid)
|
Menghambat
kontransport Na+/K+/2Cl-
|
Hiponatremia,
Hipotensi, Hipovolemia, hipokalemia
|
Fenitoin,
ranitidine
|
|
Hemat
kalium (spironolakton, amilorid, triamteren)
|
Menurunkan
reabsorbsi Na+ dengan memblok aldosteron
|
Hiperkalemia
|
-
|
|
ACEI
|
Captopril
|
Menghambat
kerja Converting enzim yang
mengubah angiotensin I menjadi angotensin II
|
Hiperkalemia,
batuk kering
|
Allopurinol,
NSAID,
|
ARB
|
Losartan
|
Memblok
reseptor angiotensin
|
Insufisiensi
ginjal, hiperkalemi, dan hipotensi
ortostatik
|
-
|
CCB
|
Dihidropiridin
(Amlodipin)
|
Memblok kanal Ca++ sehingga menurunkan resistensi
perifer
|
Pusing, hipotensi,muka merah dan edema pada pergelangan kaki
|
NSAID,
Rimfampisin
|
Nondihidropiridin
(Dilztiazem, verapamil)
|
||||
β-bloker
|
Kardioselektif
(atenolol)
|
Antagonis adrenoreseptor β
|
Tangan dingin, fatigue, insomnia
|
CCB,
diltiazem
|
Nonselektif
(nadolol, propanolol)
|
||||
Campuran
α dan β bloker
|
Carvedilol
dan labetalol
|
Antagonis
adrenoreseptor α dan β
|
Impotensi,
penurunan libido, kelelahan
|
-
|
Obat
lain untuk terapi hipertensi yaitu golongan vasodilator seperti; hidralazin,
minoxidil dan diuretik osmotik seperti;
manitol (Mycek, 2001).
Terapi non farmakologi
hipertensi yaitu modifikasi pola hidup seperti; menurunkan berat badan, diet
garam, aktivitas fisik (aerobik), berhenti merokok. Dalam terapi hipertensi
dilakukan monitoring seperti; menjaga tekanan darah tetap stabil, monitoring
elektrolit (BUN, serum kreatinin, sodium, potasium), monitoring efek samping
dan interaksi obat (Depkes, 2006).
Informasi lebih lanjut simak disini
Referensi
Wells, B. G., 2009, Pharmacotherapy Handbook. The Annals of
Pharmacotherapy (Vol. 34). http://doi.org/10.1345/aph.10237
Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia, 2014, Hipertensi,
Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI, Jakarta.
Mycek, Marry J. et al., 2001, Farmakologi: Ulasan Bergambar, Widya Medika, Jakarta.
Neal, Michael, J., 2006, At a Glance Farmakologi Medis Edisi Kelima, Erlangga,
Jakarta.
Departemen Kesehatan, 2006, Pharmaceutical Care Untuk Hipertensi, Ditjen
Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Komentar
Posting Komentar